SusterApung – Sebuah novel yang Terinspirasi dari Kisah Nyata. Rp 75.000. Suster Apung adalah sosok dengan kisah yang membuat saya semakin yakin bahwa cinta dan rasa kemanusiaan akan membuka jalan untuk perbuatan baik sekalipun dalam keterbatasan. ANDY F. NOYA, Jurnalis, Host Kick Andy. AndyF. Noya Wartawan menjadi cita-cita Andy Flores Noya sejak ia masih terbilang kecil. Tak heran, meskipun lulusan sekolah teknik, Andy ngotot melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik (STP). Ia mengaku tak tertarik pada teknik. Bungsu dari lima bersaudara keluarga Ade Wilhelmus Flores Noya dan Nelly Mady Ivonne Klaarwater ini lebih Televisi3D. Televisi 3D adalah satu perangkat televisi yang mempekerjakan teknik presentasi 3D, seperti pengamatan stereoskopis, tangkapan multi-view atau sistem ''2D plus-Depth'', dan layar 3D - perangkat penglihatan khusus untuk memproyeksikan program televisi menjadi bentuk tiga dimensi yang terlihat seperti nyata. Andykembali mengakui pertolongan Tuhan yang tak masuk akal atas hidupnya ketika dirinya tengah menghadapi persoalan keuangan mengurus proses perawatan sang kakak yang sudah mencapai kanker stadium 4. Peristiwa ini bahkan sudah terjadi jauh sebelum hatinya diluluhkan Tuhan untuk kembali ke gereja. Takseperti ayahnya, anak-anak Andy F Noya memilih jalur profesinya masing masing. Seperti yang dilakukan Marlo Randy Ernesto Noya. Game bukan lagi hanya sekedar hiburan. Putra ketiga dari presenter kondang Andy F noya ini Minggu lalu (23/2) telah direkrut oleh tim esport tersohor di Asia asal Indonesia, TEAMnxl> Suku Flores di NTT: Flores Timur Professor Termuda Di Dunia Al Khawarizmi Al Razi Al-Zahrawi Amy Lee Andy F Noya Anang Hermansyah Andre-Marie Amphere Andre Taulany OVJ Andrea Hirata Andrea Pirlo Ilmuwan Yang Ditakuti AS Dr. Cipto Mangunkusumo Dream Theater Dr. Sutomo Dr. Sutomo Dr. Yusuf al-Qaradhawi Ebit G. Ade Édouard-Léon ayah: ade wilhelmus flores noya ibu : nelly mady ivonne klaarwater isteri : retno palupi anak : mario randy lamas noya marco randy parama noya marlo randy ernesto noya alamat rumah : jalan anggrek bulan iii, blok d 53, kompleks anggrek loka, bumi serpong damai, tangerang, telp : 021-5736378, hp : 0816-955128 biografi andy flores noya lulusan SepotongSejarah Dari Yogya Oleh Anton Ada yang menarik dari perbincangan Andy F. Noya dengan Sultan Yogya. Pertama, menjadi jelas memang figur Sultan Yogya masih sangat kharismatis di mata orang Jawa, kedua Megawati dan capres lainnya akan punya lawan kuat dan ketiga memperlihatkan Yogya merupakan sebuah daerah inti pembentukan Republik AndyF Noya adalah anak dari ayah yang bernama Ade Wilhelmus Flores Noya sedangkan ibunya bernama Nelly Mady Ivonne Klaarwater. Dibesarkan dalam kesederhanaan dan sebagai anak bungsu dari 4 bersaudara membuat Andy menjadi anak yang “slebor”, beliau sering sekali jahil, dan kenakalan itu fren bahkan membuat kakak-kakaknya berpikir bahwa AndyFlores Noya dikenal sebagai jurnalis senior, pemimpin media massa, juga host dari salah satu program yang sangat berpengaruh di Indonesia, Kick Andy. Da vqSE. PARBOABOA - Siapa sih yang gak kenal dengan Andy Flores Noya? Yaps, ia merupakan wartawan dan presenter yang cukup terkenal. Meski sudah beberapa kali jadi pemimpin redaksi, nama Andy F Noya mulai banyak dikenal setelah menjadi presenter di sebuah acara TV yang edukatif dan banyak inspirasi kepada para penontonnya. Program Kick Andy Show yang tayang di Metro TV ini mendapat respon yang baik dari para masyarakat. Buat kamu yang ingin tahu lebih dalam tentang Andy Noya, berikut biografi Andy F Noya lengkap dengan perjalanan karirnya. Biografi Andy F Noya Nama Lengkap Andy Flores Noya Tempat Lahir Surabaya, Jawa Timur Tanggal Lahir 6 November 1960 Zodiak Scorpio Agama Kristen Andi Flores Noya atau Andi F Noya adalah anak kelima dari pasangan Ade Wihelmus Flores Noya dengan Nelly Mady Ivonne Klaarwater. Ayahnya adalah seorang tukang servis mesin ketik, sedangkan ibunya seorang penjahit. Sejak kecil, Andy terbiasa hidup berpindah-pindah. Masa SD-nya dituntaskan di Malang yaitu di SDK Sang Timur. Setelah itu ia melanjutkan sekolah di Sekolah Teknik, yang kemudian melanjut ke STM Jayapura. Tak sampai tamat, beliau pindah ke Jakarta dan melanjutkan sekolahnya di STM 6 Jakarta. Dari kecil ia telah menunjukkan kemampuan dan ketertarikannya terhadap dunia tulis-menulis. Selain itu, Andy juga pandai menggambar karikatur dan kartun. Hal inilah yang membuatnya nekat menolak tawaran beasiswa dari IKIP Padang dan memilih mendaftar ke Sekolah Tinggi Publistik sekarang Institut Ilmu Sosial dan Politik Jakarta. Sebenarnya Andy tidak diterima kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik tersebut karena perguruan tinggi itu tidak menerima lulusan STM. Namun karena tekadnya yang kuat untuk menjadi seorang wartawan, membuat Andy berusaha menemui Rektor Sekolah Tinggi Publisistik, yakni Bapak Ali Mochtar Hoeta Soehoet dan memohon persetujuan untuk mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi pilihannya itu. Sang rektor pun akhirnya luluh dan memberikan kesempatan kepada Andy untuk mengikuti tes masuk, dengan syarat harus ada surat rekomendasi dari Dirjen Pendidikan Tinggi. Selain itu, prestasi dan nilai Andy juga harus selalu bagus agar ia tidak dikeluarkan dari Sekolah Tinggi Publisistik tersebut. Ternyata Andy berhasil mempertahankan prestasinya sehingga ia berhasil melanjutkan masa perkuliahannya. Andy pertama kali terjun sebagai reporter pada tahun 1985. Ketika masih kuliah di Sekolah Tinggi Publisitik STP Jakarta, beliau membantu majalah TEMPO untuk penerbitan buku Apa dan Siapa Orang Indonesia. Andy kemudian diajak bergabung oleh Lukman Setiawan, pimpinan di Grafitipers, salah satu anak usaha TEMPO dalam harian ekonomi Bisnis Indonesia. Oleh karena itu, Andy tercatat sebagai 19 reporter pertama di harian itu. Baru dua tahun di Bisnis Indonesia, Andy kemudian diajak untuk memperkuat majalah MATRA yang baru diterbitkan oleh TEMPO oleh Fikri Jufri, seorang wartawan senior majalah TEMPO, sehingga ia bergabung bersama MATRA. Saat ia masih bersama MATRA, pada tahun 1992 datang tawaran dari pemilik surat kabar Prioritas, Surya Paloh mengajak Andy untuk bergabung dengan koran Media Indonesia yang mereka kelola. Sejak itulah Andy kembali ke dunia surat kabar. Dalam perjalanan kariernya, Andy pernah menjadi host program Jakarta Round Up dan Jakarta First Channel di Radio Trijaya selama lima tahun dari tahun 1994 sampai 1999. Pada tahun 1999, stasiun televisi swasta nasional RCTI menghadapi masalah pergolakan di kalangan wartawan program berita Seputar Indonesia. Hal ini berkaitan dengan adanya ketentuan yang mengharuskan PT Sindo, anak usaha RCTI yang menaungi Seputar Indonesia, untuk bergabung dengan RCTI sebagai induk. Andy diutus untuk membantu bersama wartawan senior Djafar Assegaff. Tugas utama mereka adalah memimpin Seputar Indonesia sekaligus memuluskan proses transisi ke RCTI. Pada tahun 2000, saat Stasiun televisi Metro TV mendapat izin siarannya, Surya Paloh memanggil Andy kembali untuk memimpin Metro TV sebagai pemimpin redaksi. Tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 2003, Andy ditarik kembali ke Media Indonesia. Kali ini beliau menjadi pemimpin redaksi di surat kabar umum terbesar kedua di Indonesia itu. Saat pemimpin redaksi Metro TV, Don Bosco mengundurkan diri pada awal tahun 2006, Andy diminta merangkap menjadi pemimpin redaksi Metro TV menggantikan Don Bosco. Saat itu Andy telah menjadi wakil pemimpin umum di Media Indonesia. Saat ini, Andy F Noya telah menjadi pembawa acara terpopuler Kick Andy’ yang ditayangkan di Metro TV. Acara ini selalu menjadi sorotan publik dan disukai banyak orang karena banyak memberikan edukasi dan fakta. Nama Andy F. NoyaLahir Surabaya, Jawa Timur, 6 November 1960Agama KatolikPendidikan 1. SD Sang Timur, Malang 1973 2. ST Negeri Jayapura 1976 3. STM Negeri 6, Jakarta 1980 4. Diploma 3 D-3 Sekolah Tinggi Publisistik STP, Jakarta 1985Karir 1. Reporter Apa & Siapa majalah Tempo 1985-1986 2. Reporter majalah Swa Sembada 1986-1987 3. Reporter harian Bisnis Indonesia 1987-1988 4. Asisten redaktur harian Bisnis Indonesia 1987-1988 5. Koordinator reportase harian Bisnis Indonesia 1987-1988 6. Redaktur harian Bisnis Indonesia 1987-1988 7. Redaktur majalah Matra, 1988-1989 8. Koordinator reportase majalah Matra 1989-1990 9. Redaktur relaksana majalah Matra 1990-1992 10. Asisten redaktur eksekutif Media Indonesia 1992-1993 11. Redaktur ekonomi/Ketua Tim Breku Media Indonesia 1993-1994 12. Ketua Tim Berita Keuangan Media Indonesia 1994 13. Penjab edisi minggu Media Indonesia1997 14. Ketua Tim Breku/Penjab halaman 1&20 Media Indonesia 1997 15. Pejabat sementara Redaktur Bidang Umum Media Indonesia 1997 16. Redaktur edisi minggu Media Indonesia 1997-1998 17. Pejabat sementara Asisten Redaktur Media Indonesia 1998-2000 18. Pemimpin redaksi Metro TV 2000-sekarang.Keluarga Ayah Ade Wilhelmus Flores Noya Ibu Nelly Mady Ivonne Klaarwater Istri Retno Palupi Anak 1. Mario Randy Lamas Noya 2. Marco Randy Parama Noya 3. Marlo Randy Ernesto NoyaAlamat Rumah Jalan Anggrek Bulan III, Blok Kompleks Anggrek Loka, Bumi Serpong Damai, Tengerang, Banten Tlp. 5736378; HP 0816955128 Biografi Andy Flores Noya Andy F. Noya, begitu ia biasa memperkenalkan dirinya kala tampil memandu sebuah program talkshow di televisi yang diambil dari namanya, Kick Andy. Ia lahir dengan nama Andy Flores Noya, pada 6 November 1960 dari pasangan Ade Wilhelmus Flores Noya dan Nelly Mady Ivonne Klaarwater. Sejak kecil anak bungsu dari lima bersaudara ini hidup dalam kesederhanaan, ayahnya sehari-hari bekerja sebagai tukang servis mesin ketik sedang sang ibu membantu perekonomian keluarga dengan memanfaatkan keterampilan menjahitnya. Meski anak bungsu, Andy tergolong anak nakal dan 'slebor'. Waktu kecil ia sering tidak pulang ke rumah, ikut mencuri mangga dan burung dara untuk dijual. Kalau tak dikasih uang, kaca-kaca rumah ia pecahkan. Kenakalan ini membuat kakak-kakaknya berpikir kalau Andy suatu saat kelak bisa menjadi penjahat. Masih jelas terekam dalam ingatan Andy saat ia mencoba membantu sang ayah memperbaiki mesin ketik, ayahnya kemudian berkata, 'jangan kamu sentuh mesin ini', seketika Andy sadar ayahnya tak ingin 'mewariskan' profesinya pada Andy. Hal tersebut dapat dimaklumi karena seperti orang tua pada umumnya, mereka ingin anak-anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik. Oleh sebab itu, atas dorongan ayahnya, selepas menamatkan pendidikan dasarnya, Andy bersekolah di Sekolah Teknik Negeri Jayapura yang kemudian dilanjutkan ke Sekolah Teknik Mesin Negeri 6 Jakarta. Alasannya, agar Andy bisa langsung bekerja setelah lulus dan membantu orang tuanya. Namun, tanpa disadari kedua orang tua Andy, sang anak telah menentukan jalan hidupnya sendiri sejak kecil yakni menjadi seorang wartawan. Pasalnya sejak duduk di bangku SD, ia sudah jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Selain itu ia juga senang menggambar kartun dan karikatur. Saat bersekolah di Sekolah Teknik Negeri setara Sekolah Menengah Pertama, ia sempat beberapa kali menjuarai lomba karikatur. Andy juga dikenal sebagai siswa yang cerdas, nilai akademisnya yang gemilang bahkan pernah mengantarkan Andy sebagai lulusan terbaik STM Negeri 6. Ia juga sempat menjuarai tiga lomba mengarang tingkat SMA se-Papua. Berkat prestasi belajarnya, ia mendapat beasiswa untuk berkuliah di IKIP Padang, sekolah calon guru. Akan tetapi, karena merasa tak tertarik menjadi guru, beasiswa itu pun ditolak dan diberikannya kepada lulusan terbaik kedua. Titik balik kehidupan Andy dimulai setelah membaca artikel di sebuah majalah remaja tentang sekolah wartawan, Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta. Andy tertarik dan mendaftar ke sekolah yang kini telah berganti nama menjadi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik IISIP itu. Jalannya untuk mendaftar tidaklah mulus. Ia sempat terjegal dalam prosedur administratif yang ternyata tidak menerima calon mahasiswa dengan latar belakang sekolah teknik. Karena tekadnya sudah bulat, ia pun tak kehabisan akal. Ia kemudian meminta ibunya untuk berbicara pada rektor STP saat itu, Ali Moctar Hoeta Soehoet. Keinginan untuk berkarir sebagai wartawan yang sudah menggebu-gebu akhirnya membuat sang rektor menyerah dan memberikan kesempatan kepada Andy untuk ikut tes masuk. Tentunya keputusan itu bukan tanpa syarat. Untuk mengikuti tes, Andy terlebih dahulu harus meminta surat rekomendasi dari Dirjen Pendidikan Tinggi. Apabila di kemudian hari nilai mata kuliahnya jelek, ia harus rela didrop out. Andy pun menyanggupi syarat-syarat tersebut, kepercayaan yang diamanatkan sang rektor dibalasnya dengan prestasi gemilang. Dengan demikian ia diperkenankan untuk melanjutkan kuliahnya di STP. Semasa di Jakarta, Andy tinggal bersama salah seorang kakaknya. Sebagai orang yang menumpang hidup, ia cukup tahu diri dengan membantu pekerjaan rumah sang kakak hingga mengasuh keponakannya. Setiap pagi ia memandikan sang keponakan, kemudian mengantar dan menjemput sekolah baru kemudian ia berangkat kuliah. Sebagai mahasiswa yang jauh dari orang tua, Andy harus pintar-pintar mengatur keuangannya. Penampilannya yang 'slebor' dengan kaos dan jeans sobek, sepatu butut dan rambut kribo yang tebal, memberi 'keuntungan' tersendiri bagi Andy. Setiap kali naik angkot, penampilan 'gembel'-nya itu sering kali membuat kondektur iba sehingga tidak tega meminta ongkos. Kalau pun sang kondektur menagih ongkos, ia akan turun dari angkot itu lalu naik angkot lainnya. Penampilan ini tetap ia pertahankan saat meliput sebagai reporter di Tempo. Andy juga terpaksa nongkrong berjam-jam di perpustakaan karena tidak sanggup membeli buku. Ia memilih mencatat bahan-bahan pelajaran di buku daripada memfotokopi karena ingin menghemat uang agar bisa makan siang gado-gado Rp 500. Kalau ada kesempatan, ia naik angkot bersama teman dengan harapan dibayari. Ia juga paling senang kalau diajak ke pesta ulang tahun sebab bisa makan gratis. Menginjak semester tiga tepatnya bulan Oktober tahun 1985, secara tidak sengaja ia melihat pengumuman lowongan kerja menjadi reporter buku Apa & Siapa terbitan Grafiti Press, anak perusahaan majalah Tempo. Awalnya ia hanya menemani temannya, belakangan ia malah ikut melamar. Setelah menjalani serangkaian tes, Andy dinyatakan lulus dan langsung diminta bekerja tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25. Andy kemudian memutuskan untuk berhenti kuliah dan terjun total bekerja sebagai wartawan. Pekerjaan tersebut membawanya berkenalan dengan Rahman Tolleng, mantan Pemimpin Redaksi Suara Karya. Diakui Andy, Rahmat adalah orang pertama yang memberinya motivasi untuk maju. "Dia sering memuji, kalau nanti saya bakal jadi wartawan bagus. Dia bilang, cara saya menulis dan reportase cukup bagus. Mendengar itu, saya jadi tambah bersemangat," ujar ayah tiga anak ini dengan penuh antusias seperti dikutip dari blog jurnalistik UIN SGD. Dua tahun kemudian, Andy diajak oleh Lukman Setiawan, bosnya di Grafitipers, untuk bergabung dengan harian ekonomi bisnis Indonesia yang saat itu tengah dirintis. Awalnya Andy sempat ragu karena tidak merampungkan kuliahnya, namun Lukman memberi Andy keyakinan bahwa ia layak dan mampu, ada tidaknya gelar akademis tidak menjadi masalah. Mendengar hal itu, Andy pun menyambut baik ajakan tersebut, dan sekaligus tercatat sebagai 19 reporter pertama di harian tersebut. Andy bekerja selama dua tahun di bisnis Indonesia dengan posisi sebagai koordinator repotase dan redaktur. Selain Lukman, ada Amir Daud yang berandil besar dalam memoles Andy di masamasa awal merintis karir sebagai wartawan. Amir yang saat itu menjabat sebagai Pemimpin Redaksi bisnis Indonesia banyak mengajarinya tentang moral serta merubah penampilan Andy menjadi lebih rapi. Maklum saja, Andy sudah terbiasa tampil 'slebor' sejak kuliah dan tergolong pria yang tak terlalu memperhatikan penampilan. Selanjutnya tahun 1989, ia kembali mendapat tawaran untuk pindah bekerja. Kali ini tawaran tersebut datang dari Fikri Jufri, seorang wartawan senior Tempo. Fikri meminta Andy memperkuat majalah baru terbitan Tempo, Matra. Dari harian bisnis, Andy pun loncat ke majalah khusus pria tersebut. Fikri kemudian memperkenalkannya dengan orang-orang terkenal. Lagi-lagi Andy mendapat pelajaran berharga di lingkungan kerjanya yang baru. Sebagai orang yang berasal dari keluarga kelas bawah, Andy yang cenderung kurang percaya diri dan sedikit tertutup dirubah pola pikir dan penampilannya sehingga berani tampil di kalangan atas. Pada tahun 1992, setelah tiga tahun berkarir di Matra, Andy mendapat tawaran dari Surya Paloh, pemilik suratkabar Prioritas yang waktu itu dibredel, untuk bergabung dengan koran Media Indonesia MI yang mereka kelola. Andy pun mengiyakan, maka sejak itu Andy kembali ke suratkabar. Di hari pertamanya sebagai wartawan MI, jam tidur Andy berubah drastis. Jika saat bekerja di Matra, Sabtu dan Minggu libur, dan pukul enam sore tiap hari kerja ia sudah bisa pulang ke rumah, di MI ia harus pulang tengah malam dan pukul delapan pagi sudah berada di kantor lagi. Meski begitu, Andy menikmati hari-harinya di MI karena menjadi seorang jurnalis merupakan impiannya sejak kecil. Jadi padatnya jam kerja sama sekali tak menjadi masalah. Buktinya, di MI-lah Andy mampu bertahan jauh lebih lama dibandingkan media yang lain. Hingga pada suatu siang di tahun 1998, saat televisi swasta mulai banyak bermunculan, Andy pun mengutarakan keinginannya pada Surya Paloh untuk pindah bekerja ke RCTI. Namun Paloh tak meluluskan keinginan Andy, ia kemudian menyarankan Andy hanya bekerja magang di RCTI, setelah itu mendirikan stasiun televisi baru. Kemudian, sekitar akhir tahun 1999, Andy diberi tahu seorang teman bahwa untuk mendirikan sebuah stasiun televisi hanya membutuhkan modal sebanyak 3 miliar rupiah. Andy kemudian menghubungi Surya Paloh. Setelah membicarakan mengenai berbagai prosedur dan segala hal yang diperlukan, mulailah dirintis stasiun televisi bernama Metro TV. Pada tahun 2000, baru tujuh bulan bekerja di RCTI, Andy dihubungi Paloh yang memberitahukan surat izin Metro TV sudah selesai. Ia pun diminta memimpin Metro TV sebagai pemimpin redaksi. Stasiun televisi berita pertama di Indonesia itu dibangun dengan konsep dan format CNN, televisi berita 24 jam nonstop milik Time Warner Inc. Konsep tersebut kemudian diubah kembali agar lebih membumi dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Tiga tahun kemudian, Andy ditarik kembali ke Media Indonesia dan menjadi pemimpin redaksi di surat kabar umum terbesar kedua itu. Posisinya sebagai Pemred Metro TV digantikan Don Bosco Selamun. Memasuki tahun 2006, Don Bosco mengundurkan diri, Andy kemudian diminta merangkap menjadi pemimpin redaksi Metro TV dan wakil pemimpin umum di Media Indonesia. Masih di tahun yang sama, setelah bertahun-tahun bekerja di belakang layar, tahun 2005, Andy F. Noya mendapat tantangan baru dalam karir jurnalistiknya. Ia 'dipaksa' Surya Paloh membawakan sebuah program talkshow bertajuk Kick Andy. Awalnya Andy menolak, dengan alasan ia adalah orang yang pemalu. Tapi karena 'paksaan' dari sang bos tadi ia pun bersedia. "Katanya saya punya talenta dan punya seni bertanya, tajam tapi tidak menyakiti orang. Waktu di RCTI saya pernah mewawancarai Wiranto. Saya bertanya seputar kerusuhan. Pertanyaan saya sangat tajam tapi dia tidak tersinggung. Pak Surya menginginkan saya seperti Larry King. Dari sini dibuatlah program untuk saya, jadilah Kick Andy. Formatnya seperti Oprah Winfrey," jelas suami Retno Palupi ini. Kepercayaan Paloh pada sosok Andy F. Noya tak meleset. Di tangannya, Kick Andy menjadi salah satu program unggulan Metro TV. Boleh dikatakan Kick Andy dapat bersaing di tengah gempuran tayangan televisi yang hanya mengedepankan sisi hiburan semata. Dengan menyuguhkan berbagai tema, talkshow tersebut dari tahun ke tahun semakin digemari sebagai program televisi alternatif yang sarat edukasi namun tetap menghibur. Dalam setiap penayangannya Andy mengangkat berbagai kisah inspiratif dari para tokoh yang sebelumnya jarang atau bahkan belum pernah tersentuh pemberitaaan media. Seperti kisah Andi Rabiah, si suster apung yang mengabdikan dirinya memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat di pulau-pulau terpencil; atau kisah lain dari Maria Gisela Borowka, perawat berdarah Jerman yang puluhan tahun merawat penderita kusta di Pulau Flores. Kisah dua wanita berhati mulia itu kemudian diangkat ke dalam sebuah buku bertajuk Tujuh pahlawan Pilihan "Kick Andy", Se7en Heroes. Lima pahlawan lain yang kisahnya juga pernah diangkat dalam talkshow Kick Andy adalah seniman Didik Nini Thowok, pendiri panti rehabilitasi penderita sakit jiwa Gendu Mulatif, Wanhar Umar seorang guru lulusan SD, ekolog Victor Emanuel Rayon, dan Sugeng SiswoYudhoyono pembuat kaki palsu. Mereka adalah orang-orang yang dengan ketulusan hatinya memberi kepada sesama tanpa memperhitungkan imbalan, penghargaan, ataupun balas jasa. Mereka hanya memberi tanpa berharap menerima. Dalam perjalanannya, Kick Andy mampu menggerakkan partisipasi masyarakat untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. Seperti saat Kick Andy mengangkat kisah seorang pemuda buta bernama Buyung yang menjual sapu lidi bersama ibunya. Setelah menyaksikan kisah yang menyentuh itu, sejumlah penonton berinisiatif memberikan bantuan. Buyung yang awalnya mencari nafkah dengan menjual sapu lidi kini memiliki rumah dan sejumlah tabungan di bank, yang dari bunganya setiap bulan, ia dan ibunya yang sudah renta dapat hidup lebih layak. Tak sedikit pula dari mereka yang merasa diri tidak berguna, paling malang sedunia, atau terkena musibah yang tak terperikan, bangkit setelah menyaksikan kisah-kisah kehidupan para narasumber yang 'menyedihkan' namun tetap bertahan dan optimis menyongsong fajar kehidupan. Apresiasi pemirsa terhadap tayangan Kick Andy juga tergambar dari ribuan komentar dan e-mail kesaksian yang tayang di website Dalam sebuah kesaksian, seorang penonton setianya, Harry, yang bekerja di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, rela menempuh jarak 40 km menggunakan sepeda motor untuk menyaksikan acara ini. Harry pun rela menginap di pom bensin setelah selesai nonton, dan menjelang pagi melanjutkan perjalanan pulang. Demi meningkatkan kualitas isi dan merek, sejak awal Agustus 2008, Kick Andy melakukan re-branding. Berbagai perubahan dilakukan. Mulai dari perubahan logo yang kini terkesan lebih santai. Dapat dilihat dari bentuk rangkaian huruf 'Andy' yang tertulis dengan huruf sambung berwarna putih, yang di atasnya terdapat rangkaian huruf 'kick' berwarna kuning yang ukurannya lebih kecil. Dan tapak sepatu berwarna merah yang terletak di samping kedua kata 'Kick Andy' menggantikan lambang telapak kaki yang dulu dipakai. Kemudian, hari dan jam tayang acara juga diubah, yang tadinya Kamis pukul Wib menjadi Jumat pukul Perubahan waktu penayangan ini lebih dikarenakan permintaan pemirsa setia Kick Andy agar memperpanjang jam tayang. Perubahan tampilan juga terjadi, set panggung diperbaharui tapi latar belakang gedung bertingkat yang mencerminkan Jakarta sebagai 'kampung halaman' tetap dipertahankan. Situs juga diperbaharui agar citra Kick Andy semakin solid. Selain itu, diluncurkan pula, Kick Andy Foundation KAF yang menjadi media penyalur sumbangan bagi orang-orang yang tergerak hatinya setelah melihat tayangan dalam Kick Andy. "Orang sebenarnya banyak yang mau membantu hanya tidak tahu ke mana menyalurkan. Kalaupun tahu, ada yang khawatir diselewengkan," tukas Andy. Meskipun saat itu baru diresmikan, KAF telah melakukan berbagai macam kegiatan, antara lain gerakan 1000 kaki palsu yang sudah disokong dana 1 miliar. Tim Kick Andy bersama para donatur menggandeng Sugeng Siswoyudono, si pemilik Bengkel Kaki Palsu menyediakan kaki palsu bagi mereka yang memerlukan. Dari segi pemilihan tema, Kick Andy juga sesekali mengulas isu-isu yang sedang marak dan kontroversial. Misalnya pada salah satu episode Kick Andy yang tayang pada Januari 2011 yakni mengenai perilaku seks bebas di kalangan remaja. Topik yang terbilang sensitif ini sempat dinodai dengan kabar terjadinya insiden "pengusiran" oleh Andy F. Noya terhadap Ketua Kowani, Dewi Motik dan pengurus ASA Indonesia, Tatty Almir yang malam itu datang berdasarkan undangan salah seorang narasumber, psikolog Elly Risman. Namun dalam situsnya Andy menjabarkan kronologis peristiwa yang sebenarnya. Dalam menyikapi masalah tersebut, Andy tetap berusaha bijaksana, kalau pun dirasa ada kekurangan pada acara yang dipandunya, ia dengan rendah hati memohon maaf dan berusaha untuk lebih berhati-hati agar ke depan menjadi lebih baik. Belakangan, Andy mengaku telah keluar dari manajemen Media Group dan tengah membangun media miliknya sendiri. Meski begitu, ia masih dipercaya oleh Surya Paloh untuk menjadi Dewan Penasihat Redaksi di Media Group. Menurut Andy, ia memang sengaja keluar untuk mengembangkan karirnya. Selain itu ia juga memiliki keinginan untuk mendirikan media sendiri. Sumber Nama Dwi Yulianto No. 18 Kelas XI TKJ1